1.Olah Nafas
Dilakukan seperti "ngulet-: jawa.com" atau "mangaleong-:minang.com" atau boleh dengan pernafasan naga.
Tarik nafas yang dalam. Tahan di perut. Hembuskan melalui mulut. Lakukan dengan pelan-pelan sekali.
2.Setting hati pada posisi damai.
Berdamailah dengan diri sendiri. Jangan mempermasalahkan apa-apa. Sesuatu tidak akan pernah menjadi masalah kalau kita tidak mempermasalahkannya.
3.Setting fikiran untuk selalu berada pada detik ini.
Jangan fikirkan detik yang sudah lalu, jangan juga detik yang akan datang (apa lagi hari atau tahun). Lebih tepatnya sadari apa yang ada disekitar kita. Mulai dari tubuh sendiri sampai radius beberapa dari tubuh detik ini.
Fikiran hanya akan jadi penonton dan penyimak yang baik. Tanpa analisa, tanpa penilaian, tanpa pertanyaan, tanpa komentar.
4.Nikmati beberapa saat dan sensasinya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Sayang seribu sayang ide melayang di dunia maya, namun dapat hilang jika tak tertampung dan terpelihara
Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom
Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom
Jumat, 24 Februari 2012
Minggu, 05 Februari 2012
KEPUTUSAN HAKIM.
Cerita ini terjadi di kota New York pada pertengahan 1930an ketika AS mengalami depresi ekonomi.
Saat itu hari amat dingin. Di seluruh penjuru kota , orang-orang miskin nyaris kelaparan. Di suatu ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk menyimak tuntutan terhadap seorang wanita yang dituduh mencuri sepotong roti. Wanita itu berdalih bahwa anak perempuannya sakit, cucunya kelaparan, dan karena suaminya telah meninggalkan dirinya.
Tetap saja penjaga toko yang rotinya dicuri menolak untuk membatalkan tuntutan. Ia memaksa bahwa wanita itu harus dihukum untuk menjadi contoh bagi yang lainnya.
Hakim itu menghela nafasnya. Sebenarnya ia enggan menghakimi wanita ini. Tetapi ia tidak punya pilihan lain.
"Maafkan saya," katanya sambil memandang wanita itu. "Saya tidak bisa membuat pengecualian. Hukum adalah hukum, jadi Anda harus dihukum. Saya mendenda kamu sepuluh dolar, dan jika kamu tidak mampu membayarnya maka kamu harus masuk penjara sepuluh hari."
Wanita itu tertunduk, hatinya remuk. Tanpa disadarinya, sang hakim mencopot topinya, mengambil uang sepuluh dolar dari dompetnya, dan meletakkan uang itu dalam topinya. Ia berkata kepada hadirin:
"Saya juga mendenda masing-masing orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar lima puluh sen karena tinggal dan hidup di kota ini dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk menyelamatkan cucunya dari kelaparan. Tuan Bailiff, tolong kumpulkan dendanya dalam topi ini lalu berikan kepada terdakwa."
Akhir cerita, wanita itu meninggalkan ruang sidang sambil mengantongi empat puluh tujuh dolar dan lima puluh sen, termasuk di dalamnya lima puluh sen yang dibayarkan oleh penjaga toko yang malu karena telah menuntutnya.
Tepuk tangan meriah dari orang2 yang berada dalam ruangan sidang mengiringi kepergian wanita itu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Saat itu hari amat dingin. Di seluruh penjuru kota , orang-orang miskin nyaris kelaparan. Di suatu ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk menyimak tuntutan terhadap seorang wanita yang dituduh mencuri sepotong roti. Wanita itu berdalih bahwa anak perempuannya sakit, cucunya kelaparan, dan karena suaminya telah meninggalkan dirinya.
Tetap saja penjaga toko yang rotinya dicuri menolak untuk membatalkan tuntutan. Ia memaksa bahwa wanita itu harus dihukum untuk menjadi contoh bagi yang lainnya.
Hakim itu menghela nafasnya. Sebenarnya ia enggan menghakimi wanita ini. Tetapi ia tidak punya pilihan lain.
"Maafkan saya," katanya sambil memandang wanita itu. "Saya tidak bisa membuat pengecualian. Hukum adalah hukum, jadi Anda harus dihukum. Saya mendenda kamu sepuluh dolar, dan jika kamu tidak mampu membayarnya maka kamu harus masuk penjara sepuluh hari."
Wanita itu tertunduk, hatinya remuk. Tanpa disadarinya, sang hakim mencopot topinya, mengambil uang sepuluh dolar dari dompetnya, dan meletakkan uang itu dalam topinya. Ia berkata kepada hadirin:
"Saya juga mendenda masing-masing orang yang hadir di ruang sidang ini sebesar lima puluh sen karena tinggal dan hidup di kota ini dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk menyelamatkan cucunya dari kelaparan. Tuan Bailiff, tolong kumpulkan dendanya dalam topi ini lalu berikan kepada terdakwa."
Akhir cerita, wanita itu meninggalkan ruang sidang sambil mengantongi empat puluh tujuh dolar dan lima puluh sen, termasuk di dalamnya lima puluh sen yang dibayarkan oleh penjaga toko yang malu karena telah menuntutnya.
Tepuk tangan meriah dari orang2 yang berada dalam ruangan sidang mengiringi kepergian wanita itu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Langganan:
Postingan (Atom)