Jin Ji Du Li adlh latihan kesehatan yg berasal dari Tiongkok.
Latihan ini sangat sederhana namun sangat efektif utk menjaga Kesehatan dan Keseimbangan tubuh kaum Muda atau TUA.
Bgmana cara melakukan latihan "Jin Ji Du Li" :
"Berdirilah dg satu kaki (kaki kiri atau kaki kanan sama saja) Tetapi dg Mata Tertutup !!! "X_X"
Hanya itu saja !!! Gampang kan?
Terasa Gampang kalau belum mencoba dipraktekkan.
Jika kalian coba namun belum 10 detik keseimbangannya mulai goyah dan terjatuh, berarti kondisi tubuh kalian mengalami kemunduran atau menurun seperti ketingkat usia 60 – 70 thn.
Dengan kata lain boleh merasa dirinya masih kuat atau merasa masih muda Namun sebenarnya kondisi tubuhnya sudah seperti tubuh orang Tua..!!!
Seorg ahli kesehatan Cina, bernama Zhong Li Ba Ren, menyarankan utk melakukan latihan "Jin Ji Du Li" paling tdk selama 1 menit setiap harinya, utk menjaga kesehatan maupun keseimbangan tubuh serta menyembuhkan penyakit seperti :
- Tekanan darah tinggi
- Vertigo
- Diabetes
- Sakit leher dan tulang belakang.
- Mencegah terjadinya "Gout" (peradangan karena asam urat).
- Mencegah terjadinya dimensia (pikun) dan otak akan tetap sehat.
- Susah tidur.
- Memperkuat kekebalan tubuh.
- Dll.
Zhong Li Ba Ren menyatakan banyak org yg semula tak bisa bertahan berdiri satu kaki dg mata tertutup selama 10 detik, namun kerena rajin berlatih setiap hari, akhirnya ia dpt berdiri seperti itu lbh dari 2 menit.
Gerakan ini juga sangat efisien dan efective utk memperbaiki posisi tulang belakang
Latihan "Jin Ji Du Li" terutama bermanfaat bagi kaum muda. Tidak dianjurkan (tidak cocok) bagi orang-2 berusia diatas 70 tahun atau bagi orang-orang tua yang kakinya tdk kuat untuk berdiri....
Setelah selesai membaca berita ini, Cobalah segera kalian lakukan latihan ini.
Dengan Jujur kalian pasti akan mengatakan :
"Ternyata memang tidak Mudah"
Latih terus dan terus, semoga tetap sehat.
"Salam Sehat"
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Sayang seribu sayang ide melayang di dunia maya, namun dapat hilang jika tak tertampung dan terpelihara
Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom
Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom Patch of Wisdom
Sabtu, 27 Oktober 2012
Kamis, 18 Oktober 2012
"AIR atau AWAN”
Juan, seorang pemuda desa bergegas menuju rumah sederhana tempat Seorang GURU di desa itu tinggal. Wajahnya menampakkan kegembiraan bercampur kegelisahan.
"Ada apa, Juan ?" ucap Sang Guru dengan senyum khasnya.
"Guru, aku diterima kerja di kota sebagai Abdi Rakyat disana!" ungkap sang pemuda kemudian.
Syukurlah," timpal Sang Guru bahagia.
"Guru, kalau tidak keberatan, berikan aku Petuah agar bisa berhasil!" ucap Sang pemuda sambil menunduk & menanti Respon Sang Guru.
"Juan, jadilah seperti AIR, dan jangan ikuti jejak AWAN," untaian kalimat singkat meluncur tenang dari mulut Sang Guru.
Juan berpikir keras memaknai kata-kata Sang Guru, namun terlihat masih belum mengerti sepenuhnya. "Maksudnya, Guru ?" ucapnya kemudian.
"Nak, Air mengajarkan kita untuk senantiasa merendah. Walau berasal dari tempat yang tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya; Air kian bersemangat untuk bergerak kebawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri Dunia dibawahnya," jelas Sang Guru dengan tenang.
"Lalu dengan Awan, Guru ?" tanya si Juan penasaran.
"Jangan sekali-kali seperti Awan, Nak. Perhatikanlah! Awan berasal dari tempat yang rendah, tapi ingin cepat berada di tempat tinggi.
Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; Awan semakin ingin cepat meninggi," terang Sang Guru begitu bijak.
"Dan juga , Juan," tambahnya kemudian, "Ketinggian Awan cuma jadi bahan Permainan Angin."
Si pemuda pun tampak mengangguk pelan & bertekad untuk melaksanakan tugasnya dgn menjadi pemimpin yang seperti AIR yang selalu bergerak kebawah dan mengairi ke bawah.
Pesan moral :
Pilihan åϑå ditangan kita untuk menjadi Air Ω̶τɑυ Awan. Mintalah hikmat-Nya shg kita bijak dengan pilihan yg tersedia guna membawa Kebahagiaan, Kemanfaatan ϑαπ Kebaikan ϐàğΐ kehidupan dan lingkungan sekitar kita,..dan Selalu mengingat darimana asal kita,..mari berbagi walau hanya sebuah senyuman atau broadcash,,O:).
Powered by Telkomsel BlackBerry®
"Ada apa, Juan ?" ucap Sang Guru dengan senyum khasnya.
"Guru, aku diterima kerja di kota sebagai Abdi Rakyat disana!" ungkap sang pemuda kemudian.
Syukurlah," timpal Sang Guru bahagia.
"Guru, kalau tidak keberatan, berikan aku Petuah agar bisa berhasil!" ucap Sang pemuda sambil menunduk & menanti Respon Sang Guru.
"Juan, jadilah seperti AIR, dan jangan ikuti jejak AWAN," untaian kalimat singkat meluncur tenang dari mulut Sang Guru.
Juan berpikir keras memaknai kata-kata Sang Guru, namun terlihat masih belum mengerti sepenuhnya. "Maksudnya, Guru ?" ucapnya kemudian.
"Nak, Air mengajarkan kita untuk senantiasa merendah. Walau berasal dari tempat yang tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya; Air kian bersemangat untuk bergerak kebawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri Dunia dibawahnya," jelas Sang Guru dengan tenang.
"Lalu dengan Awan, Guru ?" tanya si Juan penasaran.
"Jangan sekali-kali seperti Awan, Nak. Perhatikanlah! Awan berasal dari tempat yang rendah, tapi ingin cepat berada di tempat tinggi.
Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; Awan semakin ingin cepat meninggi," terang Sang Guru begitu bijak.
"Dan juga , Juan," tambahnya kemudian, "Ketinggian Awan cuma jadi bahan Permainan Angin."
Si pemuda pun tampak mengangguk pelan & bertekad untuk melaksanakan tugasnya dgn menjadi pemimpin yang seperti AIR yang selalu bergerak kebawah dan mengairi ke bawah.
Pesan moral :
Pilihan åϑå ditangan kita untuk menjadi Air Ω̶τɑυ Awan. Mintalah hikmat-Nya shg kita bijak dengan pilihan yg tersedia guna membawa Kebahagiaan, Kemanfaatan ϑαπ Kebaikan ϐàğΐ kehidupan dan lingkungan sekitar kita,..dan Selalu mengingat darimana asal kita,..mari berbagi walau hanya sebuah senyuman atau broadcash,,O:).
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Selasa, 16 Oktober 2012
Kisah Seorang Pemuda di Gerbong Kereta
Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya.
Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya: "Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu… mereka berjalan menyusul kita". Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagian mendengar celoteh putranya itu.
Syahdan, di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakanitu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu.
Tidak lama pemuda itu kembali berteriak: "Ayah, lihat itu, itu awan kan…? lihat… mereka ikut berjalan bersama kita juga…". Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.
Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu: "Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?" Sejenak, ayah pemuda itu terdiam.
Lalu ia menjawab: "Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya".
Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.
Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan mudah berprasangka, menilai dan menghakimi orang lain. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan tercengang. Belajar menghargai dan menghormati orang lain maka kita pun akan dihormati
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya: "Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu… mereka berjalan menyusul kita". Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagian mendengar celoteh putranya itu.
Syahdan, di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakanitu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu.
Tidak lama pemuda itu kembali berteriak: "Ayah, lihat itu, itu awan kan…? lihat… mereka ikut berjalan bersama kita juga…". Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.
Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu: "Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?" Sejenak, ayah pemuda itu terdiam.
Lalu ia menjawab: "Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya".
Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.
Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan mudah berprasangka, menilai dan menghakimi orang lain. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan tercengang. Belajar menghargai dan menghormati orang lain maka kita pun akan dihormati
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Langganan:
Postingan (Atom)